Kilang Asphalt Pangkalansusu tinggal kenangan. Foto Freddy Ilhamsyah PA Oleh Freddy Ilhamsyah PA Bagi masyarakat awam tentu sudah tidak asing lagi dengan benda kenyal berwarna hitam pekat yang dikenal dengan sebutan Aspal Asphalt karena dapat dikatakan setiap hari kita berlalu-lalang di atas jalan raya yang terbuat dari bahan campuran batu, pasir dan aspal, tapi penulis yakin bahwa masih banyak diantara kita yang belum mengetahui seluk-beluk mengenai proses pengilangan dan bahan bakunya apa serta penggunaannya untuk jalan itu bagaimana dan sebagainya. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis coba menyampaikan kepada publik mengenai proses pengolahan aspal dari bahan baku hingga menjadi aspal siap pakai dengan harapan dapat melengkapi perbendaharaan/pengetahuan kita masing-masing. Kontribusi kilang aspal Pangkalan Susu untuk pengasapalan jalan di Sumut dan Aceh tinggal kenangan. Foto Freddy Ilhamsyah PA Bahan Baku Aspal Bahan baku Aspal Bitumen dan bitumen itu sendiri sebenarnya hanya istilah yang sering dipergunakan oleh para geolog karena bitumen pada dasarnya adalah merupakan campuran minyak mentah berat dengan hydrocarbon sebab kedua jenis benda itu adalah satu senyawa, mengandung pasir halus 14-15 derajat API dan mempunyai konsisten cairan “kopi” atau merupakan semacam batubara yang menurut para ahli bahwa bitumen itu dapat ditambang dengan metoda “in-site thermal methode.” Bitumen yang telah diangkat kepermukaan bumi lalu dipisahkan dari air, pasir halus dan mineral lainnya yang selain dapat digunakan sebagai bahan baku aspal juga dapat diolah menjadi minyak mentah sintetis yang berkadar tinggi yang dapat diolah dengan metoda kilang konvensional. Disia-siakan oleh Pertamina. Foto Freddy Ilhamsyah PA Kilang Aspal Pangkalansusu Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi tentang proses pengolahan/pengilangan aspal, maka penulis memfokuskan ke Kilang Asphalt Pertamina di Pangkalansusu untuk melakukan survei dan pengamatan langsung di kilang tersebut. Pada kesempatan itu penulis juga telah mewawancarai Kepala Kilang Asphalt Asphalt Plant Pertamina Pangkalansusu yang ketika itu dijabat oleh Ismail Syah, BcP. Menurut Ismail, kegiatan Kilang Asphalt Pangkalansusu baru dimulai pengoperasiannya setelah dilakukan perubahan instalasi modifikasi pada tahun 1966. Kapasitas terpasang Kilang Aspal adalah 150 ton/hari dan kapasitas aktual 110 ton/hari. Baktimu untuk negeri tak dikenang. Foto Freddy Ilhamsyah PA Sebelumnya, masih menurut Ismail, kilang ini pada tahun 1952 hingga 1965 digunakan untuk penyulingan minyak mentah menjadi BBM. Pada awal pengilangan aspal di Lapangan Produksi Pertamina Pangkalansusu bahan bakunya didatangkan dari luar negeri, yaitu dari Shell Bukon Refinery Singapura. Tetapi sejak kilang di Cilacap beroperasi, maka dengan sendirinya bahan baku tersebut didatangkan dari Cilacap dengan mempergunakan kapal tanker yang kemudian dipompakan dan ditampung ke tanki timbun di terminal Pangkalansusu. Bitumen BFS/Bitumen Feed Stock yang ada di tanki timbun kemudian dialirkan ke Kilang Aspal dan untuk seterusnya dipompakan ke Heater tempat pemanasan agar muda disalurkan atau dimasukkan ke Still semacam bejana. Kacang lupa kulit. Foto Freddy Ilhamsyah PA Di dalam Heater, bitumen itu dipanaskan dengan sistem pembakaran dengan gas yang diperoleh dari sumur gas yang terdapat di Kecamatan Pangkalansusu dengan temperatur berkisar antara 400 hingga 450 derajat Farrenheit untuk membuat/mengilangkan kadar air dan elemen lainnya yang terdapat dalam persenyawaan bitumen. Sebab apabila kadar tersebut tidak dibuang atau dibersihkan, maka mutu aspal yang dihasilkan jadi rendah. Setelah mencapai suhu 400 hingga 450 derajat Farrenheit, maka bitumen yang mencair itu kemudian diproses melalui sistem peranginan blowing yaitu dengan cara memasukkan udara angin melalui blower semacam kipas angin besar ke dalam tabung bejana still bersamaan dengan “disuntikkannya” uap air steam. Proses ini berlangsung selama sekitar 5 sampai 7 jam. Empat jam setelah “diangin-anginkan”, maka diambil contoh sample dari dalam Still untuk diperiksa di dalam laboratorium guna diketahui daya rekatnya dan penetrasi aspal kekenyalan/kekerasan aspal – kalau tanah misalnya CBR nya apa sudah memenuhi syarat atau belum. Selama blowing berlangsung, ungkap Ismail, terjadilah proses oksidasi di dalam Still sehingga tercipta gas SO₂, H₂S dan CO₂. Semetara uap Solar nya dialirkan melalui pipa ke column semacam bak untuk didinginkan. Sistem pendingan di sini dilakukan dengan air. Sedangkan solar bercampur air pendingin ditampung di sebuah bak pemisah, dimana air dikumpulkan dalam bak penampungan, dan solar ditampung di tanki terpisah. Sementara gas yang tidak “sempat” terkondensir tersaring dimasukkan ke Scrubber untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan gas yang ringan eks crubber dibuang atau dibakar melalui cerobong pembakar flare demi untuk menghindari terjadinya pencemaran polusi udara di sekitar kawasan kilang. Walaupun sudah puluhan tahun tidak beroperasi, aspal masih menetes. Foto Freddy Ilhamsyah PA Sementara aspal yang dihasilkan oleh Still kemudian dipompakan ke dalam tanki penampungan aspal, tapi sebelumnya harus didinginkan dulu melalui double pipe cooler atau box cooler. Setelah itu baru diperiksa kembali di laboratorium secara lebih cermat lagi oleh para tenaga ahli Pertamina bangsa Indonesia. Apabila mutu dan persyaratan aspal sudah terpenuhi, maka aspal tersebut diisikan ke dalam drum aspal yang bahan bakunya dibuat di dalam negeri, yaitu Pabrik Drum Aspal Pertamina di Wonosobo. Sedangkan pengassemblingannya dilakukan di Kilang Asphalt Pertamina Pangkalansusu. Lebih lanjut Ismail menjelaskan kepada penulis, aspal hasil produksi Kilang Asphalt Pangkalansusu sebagian besar disalurkan ke Bina Marga Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan atau pemakaian Pertamina sendiri juga diketahui bahwa Pertamina ada melaksanakan pengaspalan jalan-jalan di lokasi Pertamina kompleks perumahan dsbnya juga ketika itu ada melakukan pengaspalan hotmix jalan-jalan umum seperti Kota Pangkalan Brandan, Kota Pangkalansusu, Kota Kuala Simpang dan komplek Pertamina Rantau. Sedangkan jenis aspal hasil produksi Kilang Asphalt Pangkalansusu ialah Aspal jenis Pen 60/70 dan Pen 80/100 yang saat itu sangat dibutuhkan dengan berbagai macam sistem yang akan penulis jelaskan di bawah ini. Cara pemakaian aspal untuk jalan Selain aspal yang sudah kita kenal, masih banyak nama dan jenis aspal yang digunakan untuk bahan campuran pengaspalan jalan termasuk landasan pacu lapangan terbang, yaitu Straight Asphalt, Asphalt Cement dan Pavement Asphalt. Aspal tersebut memiliki berbagai bentuk mulai dari semi padat sampai padat, tergantung dari tipe dan tingkatannya. Tetapi yang dari berbagai bentuk itu, namun cara pemanfaatan/pemakaiannya tetap melalui tiga sistem utara, yaitu 1. Pemanasan dengan pembakaran kayu dllnya. 2. Pencairan dengan melarutkan di dalam minyak. 3. Pencairan yang dilarutkan di dalam air. Sedangkan cara pemakain untuk jalan, yaitu mencampurkan aspal menurut ukuran yang dikehendaki, batu kerikil atau batu pecah split berbagai ukuran sesuai kebutuhannya dan pasir. Sementara sistem pengolahannya ada yang memakai cara cold-mix premix, hotmix hasil olahan unit Asphalt Mixing Plant atau memakai sistem biasa sosot berat/coating. Semak belukar dan ilalang menghiasi halamanmu. Foto Freddy Ilhamsyah PA Menurut pengalaman penulis sewaktu menjadi supervisor di PT Jazacon beralamat di jalan Salim, Jakarta perusahaan kontraktor yang bergerak di bidang pengaspalan jalan dan Lapangan Terbang, pembakaran aspal yang terbaik adalah berkisar antara 170-180 derajat celcius atau dengan batas pembakaran satu drum aspal tidak boleh melebihi 5 jam. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka akan terjadi kerusakan atau hangus pada lapisan bawah aspal sehingga daya rekat aspal jadi berkurang bahkan kehangusan struktur kimiawi aspal sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Pengalaman penulis kian bertambah saat dipercayakan oleh pimpinan untuk mengawasi dan melaksanakan perpanjangan landasan pacu runway Lapangan Terbang Polonia Medan dari meter menjadi meter sekaligus pengaspalan hotmix, dan penambahan Taxi way sejak tahun 1970 hingga 1973. Pekerjaan memanjangkan landasan pacu dan mempertebal lapisan hotmix tersebut dimaksudkan untuk keperluan kedatangan pesawat berbadan lebar Boeing KLM terbang perdana untuk mengangkut Jama’ah Haji ketika itu dari Pelud Polonia Medan. . Semula penulis dan rekan2 termasuk direksi perusahaan dan pejabat dari Perhubungan Udara deg deg plas saat di atas ujung landasan tampak muncul pesawat KLM yang siap mendarat, namun alhamdulillah….. akhirnya pesawat KLM berhasil mendarat dengan mulus dan selamat. Kami semua saling bersalaman. Sampai disini penulis akhiri tulisan ini. Semoga ada manfaatnya. *** Pangkalansusu, 10 Oktober 1980 NB. Tulisan ini sudah pernah penulis muat di majalah Warta Pertamina edisi tahun ke XVI 1980 di halaman 24-25 dan Harian Bukit Barisan Medan. Info tambahan Sayangnya, saat ini 2015 Kilang Aphalt Pertamina yang ada di Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara sudah jadi rongsokan besi tua karena disia-siakan oleh pihak Pertamina. Aset Negara banyak yang terlantar di Wilayah Teluk Haru khususnya di Pangkalan Brandan, tempat cikal bakal lahir Pertamina dari rongsokan bekas bumi hangus hingga menjadi Pertamina yang Anda kenal saat ini. Dulu Pangkalan Brandan adalah markas/kantor besar Pertamina Daerah Sumatera bagian Utara yang wilayahnya mulai dari Aceh sampai ke Natuna, dan Riau. Begitulah kalau Kacang sudah lupa dengan kulitnya.
Atap merupakan bagian penting dalam sebuah rumah. Oleh karena itu, Anda perlu memilih jenis atap yang tepat dan dapat melindungi rumah Anda dari hujan atau penas secara optimal. Salah satu jenis atap yang cukup populer adalah genteng aspal atau genteng bitumen. Mungkin beberapa dari Anda belum begitu familiar dengan jenis atap yang satu ini. Mungkin karena orang lebih sering menggunakan genteng tanah liat, genteng beton, asbes, genteng metal, genteng keramik. Namun sekarang ini sudah mulai banyak yang beralih ke genteng bitumen atau aspal. Genteng Aspal Apa sih sebenarnya genteng bitumen atau aspal? Genteng bitumen merupakan genteng yang terbuat dari bahan bitumen atau aspal beserta material lainnya seperti Alga coating, fibreglass, dan pasir batu. Sebutan bitumen mengacu pada jenis asphalt bitumen sebagai bahan dasar penyusun atap tersebut. Bitumen termasuk jenis batubara yang memiliki warna hitam berkilau. Setelah melalui pembakaran yang cukup lama, ia akan berubah menjadi cairan aspal. Karakteristik Aspal Cairan aspal yang berfungsi sebagai bahan perekat ini terdiri dari senyawa hidrokarbon, sulfur, klor dan oksigen. Cairan aspal dapat menjadi sangat keras pada suhu ruangan. Aspal sangat efektif untuk merekatkan material apapun, khususnya bahan genteng. Selain itu, sifat aspal yang tahan api dan juga viscoelastis membuat genteng rumah Anda tidak mudah bocor dan rusak. Tingkat kelenturannya ini memudahkan Anda untuk memasang genteng bitumen ke berbagai desain atap rumah. Sejarah Mengenai Atap Aspal Sejak tahun 1893, pengembangan atap yang terbuat dari aspal sudah mulai berlaku. Saat itu, belum menggunakan material batu-batuan. Hingga tahun 1897, pengembangan atap aspal melibatkan bahan batu kapur, silika, kulit tiram dan tanah liat. Pada tahun 1990, pembuatan atap aspal dalam bentuk multitab yang kita kenal sebagai genteng aspal shingle sudah beredar di Amerika. Genteng jenis shingle ini menggunakan bahan campuran berupa serat selulosa yang membuatnya semakin kuat, Namun jenis atap ini tanpa menggunakan perekat. Saat tahun 1950, pembuatan atap aspal mulai menggunakan perekat. Kemudian di tahun 1960, pengembangan atap aspal mulai menggunakan fiberglass sebagai bahan tambahan. Tipe Atap Aspal Secara garis besar, terdapat dua tipe genteng bitumen yang banyak tersedia di pasaran yakni genteng bitumen bergelombang dan datar. Genteng bitumen bergelombang terbuat dari resin, serat organik dan mineral aditif. Pemasangan genteng bitumen bergelombang pun cukup simple karena tanpa menggunakan reng, paku, maupun sekrup sebagai pengikat. Jadi Anda cukup memasang genteng bitumen datar pada gording secara langsung tanpa komponen pengikat. Sedangkan genteng bitumen datar terdiri dari butiran bebatuan yang sangat halus dan bahan serat fibreglass. Proses pemasangan genteng bitumen memerlukan papan multipleks sebagai tumpuan dan sekrup sebagai pengikat. Kekurangan Genteng Aspal Meskipun atap aspal termasuk jenis atap yang kuat dan tahan lama, namun ada sedikit kekurangan dari jenis atap tersebut. Hal ini yang mungkin menyebabkan sebagian orang berpikir dua kali untuk membeli atap aspal. Kekurangan dari atap tersebut antara lain Memerlukan Tenaga Khusus Untuk Memasang Atap Aspal Tak semua tukang bangunan dapat memasang atap aspal, karena memang hanya tukang yang sudah memiliki keahlian khusus dan berpengalaman saja yang mampu mengaplikasikan atap ini pada bangunan rumah. Harga Atap Aspal Relatif Mahal Jika Anda bandingkan atap aspal ini dengan jenis atap yang lain, harga atap aspal cenderung lebih mahal. Hal ini cukup masuk akal karena lapisan bitumen atau aspal membuat genteng tersebut menjadi lebih awet dan tahan terhadap api, jamur dan rayap. Pemasangan Atap Perlukan Tambahan Bahan Pemasangan atap biasa mungkin relatif lebih mudah dan murah tanpa perlunya bahan tambahan. Tetapi hal ini berbeda dengan pemasangan atap aspal yang masih perlu tambahan material berupa fibersemen sebagai landasan. Dengan adanya penambahan bahan tersebut, maka budget yang Anda keluarkan untuk proses pemasangan pun akan lebih tinggi daripada proses pemasangan atap biasa. Sulit Melakukan Perbaikan Seperti halnya proses pemasangan atap aspal, proses perbaikan pun cukup rumit karena tidak sembarang tukang mampu memperbaikinya. Biasanya tenaga yang khusus memasang atap ini, perlu melakukan perekatan dan perubahan susunan pada lembaran atap. Jika terjadi kerusakan pada susunan lembaran atap aspal tersebut, tentu sulit untuk memperbaikinya. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya kerusakan atap aspal, maka Anda harus pastikan bahwa awal proses pemasangan atap harus hati-hati. Baca juga Jenis Asbes, Kegunaan, & Daftar Harga Asbes Terbaru Ukuran Genteng Aspal Sebelum Anda memutuskan untuk memasang atap menggunakan genteng aspal, sebaiknya pastikan terlebih dahulu luas atap rumah. Sehingga Anda bisa menyesuaikan berapa genteng bitumen yang Anda perlukan. Ukuran genteng bitumen yang bervariasi ini menuntut Anda untuk melakukan perhitungan yang benar-benar akurat, agar proses penyusunan atap aspal ini pas. Karena kebanyakan toko bangunan menjual genteng bitumen dalam bentuk lembaran dengan ukuran bervariasi. Namun Anda akan sering menjumpai genteng bitumen datar yang terjual di toko bangunan dengan ketebalan kurang lebih 2 atau 3 mm. Lembaran genteng bitumen tersebut biasanya tersedia dalam ukuran 30 x 100 cm dan 28 x 100 cm. Ada juga genteng bitumen dalam ukuran relatif lebih lebar sekitar 95 x 200 cm. Ukuran genteng ini umumnya tersedia untuk jenis genteng dengan tipe lembaran bergelombang. Apapun ukurannya, tipe genteng aspal owen cenderung menjadi pilihan favorit. Harga Genteng Aspal Tahukah Anda berapa harga genteng bitumen? Harga genteng ini memang variatif, tapi dengan mengetahui kisaran harga genteng bitumen tersebut, dapat membantu Anda mempersiapkan budget sesuai dengan jumlah genteng yang Anda butuhkan. Harga genteng bitumen per lembar berkisar antara hingga bahkan lebih. Perbedaan harga genteng ini tergantung pada jenis dan ukuran. Setiap jenis genteng bitumen terdiri dari komponen yang berbeda sehingga menghasilkan kualitas berbeda pula. Dari sekian banyak jenis genteng bitumen, ada beberapa genteng yang merupakan produk kelas premium. Untuk genteng kualitas premium ini, kisaran harganya ialah sekitar ke atas. Tentu saja kualitas genteng tersebut di atas genteng bitumen standar. Sebelum Anda membeli genteng aspal, ada baiknya Anda mengenal tipe-tipe genteng bitumen tersebut beserta perkiraan harga di pasaran. Dengan demikian Anda bisa mendapatkan genteng bitumen sesuai dengan kemampuan finansial. Demikian pembahasan mengenai genteng aspal untuk rumah Anda dari Terima kasih
. 108 306 38 364 45 213 484 99